Yang menyahut malah Jiungsoro, mata-mata bayaran kompeni. “Belagak tolol! Kalian masih ingat aku. Aku yang kalian curigai sewaktu berlangsung pertemuan para kalifah di Hamparan Perak. Nah, akui saja, kalau kalian kesini mau bertemu kiai dari Jawa itu.”
“Fitnah! Kau menuduh tanpa bukti!” Amat bergeser sambil melirik Saleh yang saat itu sudah siap menghadapi yang terjadi. Sutan Adang Alang tak sabar, lantas memberi perintah menangkap Amat dan Saleh.
Lima serdadu paling dekat langsung bergerak hendak meringkus, namun semuanya dibuat terjungkal hanya dengan satu gerakan. Pemamdangan itu langsung membuat gusar Sersan Yono Sukirman dan Samiun yang lantas menerjang.
Tetapi gerakannya terhenti ketika mendadak terdengar suara keras. “Hai! Tuan-tuan terhormat. Tuan mau ketemu saya, mengapa yang tidak tahu menahu jadi sasaran.”
Menyaksikan orang yang baru datang Jiungsoro langsung melengak. “Tu-tuan.., itu… Itu Haji Usman!” Keseluruhan pemuda Kampung Persatuan terkesiap. Mereka tak berharap kehadiran Haji Usman saat ini. Serentak mereka raba pinggang menyentu golok. Namun Salim menenangkan.