MEDIASERUNI – Dua fenomena alam terjadi dalam sepekan di Tasikmalaya dan Cianjur. Ribuan ikan tiba-tiba naik ke permukaan air dan terdampar di pantai. Sejumlah opini lantas mengait-ngaitkan fenomena unik ini dengan gempa megathrus, terlebih dua wilayah itu termasuk garis rawan zona megathrus.
Pada Rabu, 28 Agustus 2024, warga sekitar Pantai Cipatujah, Tasikmalaya, dikejutkan oleh fenomena ribuan ikan yang tiba-tiba naik ke daratan. Peristiwa ini memicu kekhawatiran di masyarakat terkait kemungkinan gempa atau tsunami, mengingat wilayah tersebut berada di zona rawan megathrust.
Video kejadian ini viral di media sosial, memperkuat spekulasi di kalangan masyarakat. Namun, BPBD Tasikmalaya menegaskan bahwa fenomena ini adalah siklus alam tahunan yang terjadi akibat perubahan suhu laut selama musim kemarau.
Kepala BPBD Tasikmalaya, Nuraididin, menjelaskan bahwa arus dingin dari bawah laut yang naik ke permukaan membuat ikan-ikan tersebut mendekat ke pantai untuk mencari suhu yang lebih hangat.
Meskipun demikian, pemerintah mengingatkan warga untuk tetap waspada terhadap potensi bencana. Sosialisasi dan upaya mitigasi telah dilakukan untuk memastikan kesiapsiagaan masyarakat.
Fenomena serupa juga dilaporkan terjadi di Cianjur dan daerah pesisir lainnya di Jawa Barat, namun otoritas setempat memastikan tidak ada kaitannya dengan potensi gempa.
BMKG mengidentifikasi wilayah Jawa Barat, termasuk Tasikmalaya, sebagai daerah yang berpotensi terdampak gempa megathrust, namun fenomena ini dipastikan tidak menjadi indikator pasti akan terjadinya bencana. Pemerintah daerah terus memantau situasi dan mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun waspada.
Hal sama juga terjadi di Cianjur, Jawa Barat, dihebohkan fenomena ikan laut yang terdampar di pantai selatan, memicu kekhawatiran akan potensi bencana seperti gempa atau tsunami, Sabtu, 31 Agustus 2024.
Namun, Kepala Dinas Peternakan, Kesehatan Hewan, dan Perikanan (DPKHP) Cianjur, Aris Haryanto, menegaskan bahwa kejadian ini disebabkan oleh perubahan suhu laut selama musim kemarau dan tidak terkait dengan potensi bencana.
Fenomena ini diperkirakan berlangsung singkat, antara dua hari hingga satu pekan. Meskipun demikian, masyarakat diimbau tetap waspada terhadap kondisi alam. Petugas siaga bencana juga diminta terus memantau situasi untuk menjaga ketenangan masyarakat. (*)