“Dalam upacara ini, siswa belajar bukan hanya diajak memahami tentang pertanian, tetapi juga rasa hormat dan penghargaan terhadap alam dan leluhur,” tutur Agus.
Kepsek Agus Setiawan ini pun menjelaskan, kegiatan ini bukan sekadar ujian sekolah, tetapi lebih dari itu, yakni bentuk evaluasi yang mencakup aspek praktis dari pembelajaran.
Jadi, sambung Agus, siswa tidak hanya diuji tentang pengetahuan teoritis mereka, tetapi juga keterampilan praktis dan nilai-nilai kearifan lokal yang mereka miliki.
Dengan langkah seperti ini, SMAN 1 Cikampek membuktikan bahwa menjaga kearifan lokal bukanlah tugas yang mustahil dilakukan. Sebaliknya, hal itu menjadi panggilan untuk memelihara identitas bangsa dan mewariskannya kepada generasi mendatang.
Dalam era di mana budaya seringkali terancam oleh arus modernitas, langkah-langkah seperti ini menandakan tekad untuk menjaga keberagaman budaya Indonesia tetap hidup dan berkembang. (Sarmin/Mds)