Setelah kepergian sang kakek, Nabi Muhammad SAW tinggal bersama pamannya, Abu Thalib. Meskipun hidup serba kekurangan, Abu Thalib selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keponakannya.
Paman Nabi ini tidak hanya melindungi dan merawatnya, tetapi juga mengajarkan berbagai keterampilan hidup, termasuk berdagang. Sejak kecil, Rasulullah ikut serta dalam perjalanan bisnis pamannya ke Negeri Syam, yang menjadi dasar penting dalam kehidupan ekonominya di masa depan.
Ketika dewasa, Rasulullah dikenal sebagai pedagang yang jujur dan amanah. Di tengah perjalanan bisnisnya, ia bertemu dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang saudagar perempuan yang sangat dihormati.
Khadijah kagum dengan kejujuran dan karakter Nabi, hingga akhirnya mereka menikah. Dari pernikahan ini, Rasulullah dikaruniai tujuh anak, termasuk Fatimah yang kelak akan melanjutkan garis keturunan beliau.
Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira. Saat itu, beliau diperintahkan untuk mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun. Setelah itu, Allah menurunkan wahyu yang memerintahkannya untuk berdakwah secara terang-terangan kepada masyarakat Mekah.