MEDIASERUNI – Dua kali sang datuk terbatuk. Mandor Surak yang menyaksikan kondisi sang datuk, masih melihat ketika dia melompat, sekali melangkah tubuhnya laksana melayang dan hilang dari pandangan.
Pada saat bersamaan, Mahisa pun ambruk ketanah. Sekali dia terbatuk, dan batuk kedua darah segar menyembur dari mulutnya, berbarengan itu terdengar teriakan keras. “Ayaah…” Kemudian “Guruu” disusul kelebatan dua orang bersegam hitam dan putih. “Ayah, ini aku, Safei….”
Mahisa angkat kepalanya dan langsung memeluk sosok remaja didepannya yang ternyata putranya Bagus Ahmad Safei yang datang bersama muridnya Satria. “Ayah, siapa yang membuatmu begini, aku akan menuntut balas!” Disambung “Siapa guru, siapa orangnya, seburkan, akan kubalas.”
Mahisa berusaha tersenyum. Namun, sontak dia berucap. “Ahai, sahabat lama, terima kasih untuk tidak mencampuri takdirku. Terima kasih….”
Pada saat itu sosok berjubah kelabu sudah berdiri di belakang Safei dan Satria. Dialah Mandor Surak, sudah sejak awal pertempuran manusia bergelar Pendekar Samber Nyawa telah berada disitu. Mahisa pun sudah mengetahui kehadirannya.