MEDIASERUNI – Ning Lestari memacuh kudanya perlahan measuki Kampung Besar Dolog Masihul. Di perjalanan dia sempat mendengar orang kampung bicara soal Hutan Laras yang berhasil dibuka Mandor Surak.
Hutan itu berkembang pesat jadi areal perkebunan palawija dan sayuran. Meski belum banyak dikunjungi pedagang namun dewasa itu menjadi salah satu tujuan para perantau mengadu nasib.
Ning Lestari hentikan kudanya di depan sebuah rumah makan. Di bagian depan rumah makan tertulis kalimat “Rumah Makan Sederhana” tercetak pada papan berukuran sedang.
Ning Lestari baru akan masuk rumah makan sewaktu anak laki-laki berusia sepuluh tahunan datang menghampiri. “Kakak cantik, kuda kakak terlihat kelelahan dan kehausan. Kalau kakak mau aku bisa mencarikan air segar dan membelikan dedak.”
Anak laki-laki itu kembangkan senyum lebar. Ning Lestari tersenyum. “Anak pintar, siapa namamu.”
“Ucok, kakak. Mamak yang menamaiku.” Ning Lestari masih tersenyum, kemudian memberikan lima keping uang. “Aduuh, ini banyak sekali, kak, satu keping aja kembaliannya masih banyak kakak.”