Menurut peneliti senior di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Alexander Arifianto, dukungan ini menjadi pengingat bagi komunitas non-Muslim dan Muslim moderat mengenai tindakan Anies terhadap Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama pada tahun 2017.
Anies dianggap berhasil merayu pemilih konservatif dan berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa Gerakan 212, yang pada akhirnya mengakibatkan penahanan Ahok atas tuduhan penistaan agama.
Meskipun suara kelompok Islam konservatif hanya berkontribusi sekitar 15-20% dari total pemilih, media asing mencatat bahwa suaranya memiliki dampak signifikan. Nikkei Asia menekankan bahwa Anies juga mendapatkan dukungan dari Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Muslim terbesar di Indonesia, yang memiliki sekitar 90 juta pengikut.
Media asing, seperti Foreign Policy, sejak Juni 2023 telah memantau dukungan serupa untuk Anies. Dalam artikel “In Jakarta, Political Kingmaking Starts Now,” Anies dihubungkan dengan gerakan Islam garis keras di Indonesia.
Pemilihan Presiden RI dijadwalkan pada 14 Februari, dengan Anies Baswedan bersaing dengan dua tokoh lainnya, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Dengan dukungan dari ulama konservatif, perjalanan Anies dalam kampanye presiden semakin menarik perhatian dunia internasional. (Mds/Sumber CNBC Indonesia)