MEDIASERUNI – Malam Satu Suro merupakan malam pertama di Bulan Suro, yaitu sesi atau bulan pertama dalam Kalender Jawa. Namun dalam budaya Jawa, Malam satu Suro juga dianggap sakral, dan sebagai gerbang dunia manusia dan gaib bertemu.
Perayaan atau ritual tahun dalam Kalender Jawa ini biasanya dirayakan pada malam hari, setelah matahari terbenam dengan berbagai aktifitas.
Sejarah tradisi Malam Satu Suro tidak terlepas dari budaya keraton. Dahulu, keraton sering melakukan upacara dan ritual yang kemudian diwariskan secara turun temurun.
Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta mengartikan malam satu suro sebagai malam yang suci serta bulannya penuh rahmat.
Beberapa orang Jawa Islam percaya bahwa mendekatkan diri kepada Tuhan bisa dengan cara membersihkan diri serta melawan nafsu manusiawinya. Oleh karena itu, mereka menjalankan upacara individu seperti tirakat, lelaku, atau perenungan diri.
Selain itu, ada juga aktifitas upacara kelompok seperti melakukan selametan khusus sepanjang satu minggu, ataupun pawai obor berkeliling kampung.
Kendati demikian, dalam perspektif Islam, malam satu suro ini tidak memiliki makna khusus yang secara spesifik disebutkan dalam Alquran atau hadits.
Namun, ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari malam satu suro menurut perspektif Islam.
Introspeksi Diri
Malam satu Suro dapat dijadikan momen untuk melakukan refleksi dan introspeksi diri. Sebagai awal tahun baru dalam kalender Jawa, kita dapat merenung tentang perjalanan hidup, kesalahan yang telah dilakukan, serta memperbaiki diri ke arah yang lebih baik.
Meningkatkan Ketakwaan
Momen awal tahun baru dapat menjadi pengingat untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Kita dapat memperkuat hubungan dengan-Nya melalui ibadah, doa, dan amal sholeh.
Melestarikan Tradisi
Malam satu suro merupakan bagian dari tradisi budaya Jawa yang dapat dilestarikan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
Meskipun tidak memiliki makna khusus dalam kalender Islam, kita dapat menghormati dan memahami nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, mengutip buku Islam Santuy Ala Gus Baha, amalan sunnah pada Malam Satu Suro menurut Islam adalah mengerjakan salat dan wirid tasbih.
Salat pada malam ini diyakini dapat menghapus dosa yang lalu dan yang akan datang, sementara wirid tasbih merupakan bentuk ibadah yang juga memiliki efek pembersihan dosa.
Jadi, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan dalam sumber-sumber Islam, Malam 1 Suro tetap memiliki makna dan relevansi bagi umat Islam dalam konteks refleksi, ibadah, dan melestarikan tradisi budaya. (Ari/*)