MEDIASERUNI.ID – Fenomena anak perempuan yang lebih mendengarkan teman dibandingkan orang tua, bahkan sampai berani berbohong demi temannya, erat kaitannya dengan pengaruh teman sebaya (peer influence).

Dalam proses perkembangan sosial dan emosional, anak-anak, khususnya remaja, mulai mencari identitas serta kemandirian. Mereka ingin diterima dalam lingkungan pertemanan, yang sering kali dianggap sebagai sumber dukungan emosional yang lebih memahami perasaan dan pengalaman mereka dibandingkan orang tua.

Hal ini membuat mereka lebih cenderung mengikuti norma dan nilai yang berlaku di kelompoknya, termasuk dalam hal kejujuran, loyalitas, serta pengambilan keputusan yang mungkin bertentangan dengan nilai keluarga.

Sebagai bagian dari fase perkembangan, anak perempuan pada usia remaja sering mengalami konflik antara keinginan untuk menyenangkan orang tua dan kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan dari teman sebaya.

Tekanan sosial dari teman-teman dapat membuat mereka merasa harus membuktikan kesetiaan terhadap kelompoknya, bahkan dengan cara-cara yang kurang tepat, seperti menyembunyikan informasi atau berbohong kepada orang tua.

Ketakutan akan ditinggalkan atau tidak diterima oleh kelompoknya dapat memperkuat perilaku ini. Apalagi, dalam dinamika pertemanan remaja, ada kecenderungan untuk menganggap bahwa teman sebaya lebih memahami perasaan mereka dibandingkan orang tua yang mungkin dianggap terlalu mengontrol atau kurang mengerti dunia mereka.

Baca Juga:  Inovasi di Tengah Tantangan, Tiga Startup Ini Bangkit Pasca Pandemi

Meskipun pengaruh teman sebaya tidak selalu negatif, jika tidak disertai bimbingan yang tepat, hal ini bisa membawa anak pada keputusan yang merugikan. Kurangnya komunikasi yang terbuka dengan orang tua membuat anak merasa lebih nyaman berbagi masalah dengan teman dibandingkan keluarga.

Dalam kondisi ini, peran orang tua menjadi sangat penting untuk tetap terhubung dengan anak tanpa membuat mereka merasa terkekang. Pendekatan yang terlalu otoriter atau penuh larangan justru bisa membuat anak semakin menjauh dan semakin menggantungkan diri pada kelompoknya.

Sebaliknya, orang tua perlu membangun hubungan yang berbasis kepercayaan dan komunikasi yang sehat agar anak tetap merasa nyaman berbicara jujur.

Sikap Orang Tua yang Bijak

1. Bangun Hubungan yang Akrab dengan Anak
Jadilah pendengar yang baik tanpa langsung menyalahkan atau menghakimi.

Baca Juga:  Jangan Anggap Remeh, Kumpul-kumpul Bersama Teman Bisa Bikin Awet Muda

Tanyakan perasaan mereka, misalnya: “Apa yang membuatmu nyaman dengan temanmu?”

2. Tanamkan Nilai Kejujuran
Ajak anak berdiskusi mengenai batasan dalam persahabatan.

Gunakan cerita atau contoh nyata agar anak lebih mudah memahami.

3. Kenali Teman dan Lingkungan Sosial Anak
Ajak anak untuk mengenalkan teman-temannya kepada keluarga.

Jika memungkinkan, undang teman-temannya bermain ke rumah agar bisa memahami lingkungan sosial mereka.

4. Hindari Sikap Otoriter
Jika anak merasa terlalu dikontrol, mereka akan semakin tertutup dan cenderung menyembunyikan sesuatu.

Berikan ruang untuk mereka mengambil keputusan, tetapi tetap dalam pengawasan yang bijak.

5. Jadilah Role Model yang Baik
Anak meniru perilaku orang tua, jadi tunjukkan sikap jujur dan terbuka dalam kehidupan sehari-hari.

Tunjukkan bahwa loyalitas itu penting, tetapi harus tetap berpegang pada nilai-nilai kebenaran.

membangun kepercayaan, komunikasi yang baik, dan pemahaman tentang batasan dalam pertemanan, anak akan lebih mudah memahami pentingnya kejujuran serta tidak selalu mengutamakan teman di atas segalanya. (*)