Akan tetapi pimpinan penunggang kuda sekonyong-konyong melompat, dan langsung menjurah hormat. “Salam, maaf mengganggu perjalanan. Bukan ini Raden Jakfar Sodiq, putra Ki Ageng Ngudung…”
Dahi Jakfar Sodiq berkerut. “Siapakah tuan? Benar, saya Jakfar Sodiq putra Ki Ageng Ngudung. Lalu, bagimana tuan mengenal saya?”
Masih dengan sikap hormat, lelaki sesungguhnya Wiratama Parta, Kepala Pengawal Kadipaten Lasem menyahut. “Ah, Raden lupa. Dahulu saya yang berkunjung ke Jipangpanolan menyampaikan surat Adipati Lasem.”
Membulatlah mata Jakfar Sodiq. “Ah, ingat saya, engkaulah Wiratama Parta, Kepala Pengawal Lasem.
“Hamba, Raden. Tetapi hendak kemanakah Raden? Dan mengapa berada di hutan seperti ini.”
Jakfar Sodiq menarik napas. “Kami dalam perjalanan ke Jatiwangi.”
“Itulah maksud saya Raden. Saya tahu Raden hendak ke Jatiwangi, tapi mengapa ke Selatan? Kan seharusnya ke Barat, Raden…”
Jakfar Sodiq tersadar, kemudian menceritakan mengapa mereka sampai di hutan ini. Wiratama Parta lantas kerutkan dahi. “Hmm, apakah orang-orang dusun yang kami temukan di sebelah Wetan?”