MEDIASERUNI.ID – Di tengah lebatnya hutan Jambi, ada sekelompok masyarakat adat yang hidup dengan cara yang nyaris tak tersentuh modernitas, yakni Suku Anak Dalam, ada juga yang menyebut Orang Rimba.

Mereka dikenal dengan gaya hidup berpindah-pindah dan tidak mengenal batas wilayah administratif. Tapi yang bikin banyak orang penasaran bukan cuma cara hidup mereka, melainkan juga misteri yang membalut keberadaan mereka. Banyak yang percaya mereka bisa muncul dan menghilang begitu saja tanpa jejak.

Beberapa warga yang tinggal dekat kawasan hutan bahkan mengaku pernah melihat mereka dari jauh, lalu dalam sekejap menghilang begitu saja. Bahkan, ada kisah yang menyebut mereka bisa membaca pikiran atau berkomunikasi langsung dengan alam.

Kehidupan mereka pun penuh keunikan. Mereka tidak bergantung pada teknologi, tak mengenal kepemilikan tanah, dan menjalin hubungan erat dengan hutan sebagai bagian dari kehidupan. Alam bagi mereka bukan hanya tempat tinggal, tapi juga guru dan pelindung.

Baca Juga:  Mitos Selasa Kliwon, Larangan Hari Menikah karena akan Membawa Sial

Tak heran jika banyak peneliti, petualang, hingga pecinta kisah misteri tertarik untuk mengenal lebih dekat komunitas ini. Namun mendekati mereka tak semudah yang dibayangkan, karena Suku Anak Dalam sangat menjaga jarak dan selektif terhadap orang luar.

Asal-Usul Suku Anak Dalam

Suku Anak Dalam diyakini merupakan keturunan dari kelompok masyarakat Melayu Proto, yang sejak ribuan tahun lalu menetap di pedalaman Sumatera. Mereka adalah bagian dari peradaban tua yang memilih bertahan hidup di hutan, jauh dari pengaruh dunia luar.

Beberapa catatan sejarah menyebutkan bahwa mereka bisa jadi merupakan sisa-sisa dari Kerajaan Dharmasraya atau wilayah kekuasaan kerajaan Melayu tua yang kalah dan akhirnya mundur ke dalam hutan untuk bertahan.

Baca Juga:  Ditunjuk DPD RI Senator Fachrul Razi Jadi Speaker di Majelis Korea Selatan

Mereka membentuk komunitas yang sangat kuat dan hidup selaras dengan alam. Dalam kepercayaan mereka, hutan bukan hanya sumber makanan, tetapi juga tempat sakral, tempat roh leluhur, dan kekuatan alam bersemayam.

Hidup Bersama Hutan

Suku Anak Dalam hidup tanpa listrik, tanpa kendaraan, bahkan tanpa konsep kepemilikan tanah. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain tergantung musim dan sumber daya alam. Mereka berburu, meramu, dan membuat obat-obatan dari tanaman hutan. Bahasa mereka adalah dialek khusus dari Bahasa Melayu yang khas dan unik.

Meski ada sebagian yang kini mulai terbuka terhadap dunia luar, sebagian besar masih memilih menjaga jarak. Mereka selektif dalam menerima tamu, dan sangat menjaga adat serta tradisi turun-temurun. (*)