Kota Bandung, MEDIASERUNI – Daya Mahasiswa Sunda atau DAMAS merayakan hari jadinya yang ke-68. Kegiatan yang dikemas dengan tajuk “Hajat di Buruan” di Sekretariat DAMAS, Jl. Lengkong Besar No. 67, Kota Bandung.
Acara ini jadi momen penting memperingati perjalanan panjang DAMAS sejak berdiri 14 Oktober 1956, menampilkan kesenian tradisional Sunda. Seperti musik Tarawangsa dan pagelaran Wayang Golek dibawakan dalang Gilang Jaya Handika, anggota DAMAS angkatan 2014, dari Grup Giri Medal Rahayu Bandung.
Musik Tarawangsa, yang awalnya dipersembahkan dalam upacara adat syukuran “Ngalaksa” di Rancakalong, Sumedang, kini semakin sering hadir dalam berbagai acara, termasuk Milangkala DAMAS. Sementara itu, Wayang Golek, sebagai seni pertunjukan khas Jawa Barat, terus menjadi simbol jati diri masyarakat Sunda.
Ketua Umum DAMAS, Yudi Irawan (DMS-2014), menjelaskan bahwa acara “Hajat di Buruan” bukan hanya peringatan hari jadi DAMAS, tetapi juga upaya untuk mengingat sejarah dan jasa para pendiri.
Yudi menekankan pentingnya menjaga warisan budaya Sunda di tengah gempuran budaya asing yang kian marak. “Dengan adanya DAMAS, generasi muda diharapkan tetap mencintai dan melestarikan budaya Sunda untuk kejayaan Indonesia,” ujar Yudi, saata acara Senin 14 Oktober 2024, malam.
Yudi juga berharap DAMAS terus eksis dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. “Saya berharap DAMAS bisa ‘ngigelkeun zaman’—berkembang mengikuti perubahan namun tetap mempertahankan jati diri,” tambahnya.
Ketua Umum Pengurus Pusat Korps Alumni DAMAS (KADAMAS), Nursalim atau Kang Salim, turut menyampaikan apresiasi kepada seluruh anggota DAMAS, terutama yang hadir dalam acara ini meskipun di tengah kesibukan masing-masing. “Saya sangat bersyukur atas kehadiran semua anggota yang bisa meluangkan waktu untuk merayakan Milangkala DAMAS ke-68,” ujarnya.
Dalam refleksinya, Kang Salim menyoroti perubahan kondisi organisasi mahasiswa dari masa ke masa. Meski demikian, ia merasa bangga karena DAMAS tetap mampu bertahan dan terus berkarya hingga hari ini. “Di setiap zaman, tantangan selalu berbeda, namun DAMAS tetap ada dan relevan,” ungkapnya.
Tokoh senior DAMAS, Tom Rusamsa, menekankan pentingnya melestarikan budaya Sunda melalui kegiatan DAMAS. “Kami menampilkan kesenian Tarawangsa dan Wayang Golek sebagai simbol budaya yang harus kita jaga. Selamat Milangkala DAMAS ke-68. DAMAS Digjaya!” ucapnya penuh semangat.
Acara ini juga dihadiri berbagai tokoh Sunda, termasuk Maman Rachman Wangsaatmadja, Asep Ruslan, dan para anggota DAMAS lainnya. Meskipun perayaan sederhana, suasana kebersamaan terasa kuat, dengan anggota dan masyarakat duduk bersila di tikar, menikmati hidangan sambil berbaur satu sama lain.
Tidak banyak organisasi yang mampu bertahan selama 68 tahun. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan arus budaya asing, DAMAS terus menjadi inspirasi bagi organisasi kemahasiswaan lainnya di Indonesia, khususnya di Jawa Barat.
Semoga DAMAS tetap sukses dan konsisten mengangkat harkat budaya Sunda untuk kebesaran Indonesia dan dunia.Selamat Milangkala DAMAS ke-68. DAMAS Digjaya! (Asep/Mediaseruni)