Peristiwa ini disebutkan terjadi pada tahun 416 Masehi. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa pemisahan ini bukan hanya karena letusan Krakatau. Sebaliknya, gerakan tektonik di dalam Bumi yang memisahkan kedua pulau ini.
Pulau Jawa bergerak ke arah timur dengan kecepatan sekitar 5 sentimeter per tahun, sedangkan Pulau Sumatera bergerak ke arah timur laut dengan kecepatan 7 sentimeter per tahun.
Proses ini menyebabkan Pulau Sumatera bergerak ke arah utara dan meninggalkan Pulau Jawa, membuka kerak Bumi di Selat Sunda.
Meskipun legenda Pustaka Raja Purwa mengaitkan pemisahan ini dengan letusan Gunung Krakatau pada tahun 416 Masehi, penelitian modern menunjukkan bahwa letusan besar Krakatau terjadi puluhan ribu tahun lalu.
Ken Wohletz, peneliti dari Los Alamos National Laboratory, mendukung kemungkinan letusan besar Krakatau purba hingga memisahkan Pulau Jawa dan Sumatera.
Namun, berbeda dengan Ronggowarsito, Ken menyebutkan bahwa letusan itu kemungkinan terjadi puluhan ribu tahun lalu.