Sementara ilmu silat Delapan Tapak Naga miliknya pun bisalah dikatakan masih berimbangan dengan Walet Putih milik Mahisa. Lantas, bagaimana Mahisa bisa tumpul menghadapi dua manusia bayaran kompeni itu.
Sebetulnya, itulah disebabkan, pikiran Mahisa yang terpecah. Ilmu Silat Walet Putih akan dahsyat apabila dimainkan dengan konsentrasi tinggi, tak ubahnya senjata hebat Parang Setan.
Berpikir kesitu, Haji Usman pun memaklumi. Apalagi dia mengenal Mahisa memang seorang yang mudah diperdaya dengan kata-kata. Dan apa yang diucapkan Tengku Layang dan Tengku Aba memang berhasil memecah konsentrasinya.
Demikian, setelah menyerahkan surat rahasia Panglima Besar Aceh, Mahisa pun kembali ke perguruannya. Mahisa sendiri sempat bertanya kabar Kiai Merapi. Namun, jawaban Haji Usman malah membuat Mahisa melongo, bahwa Haji Usman pun sudah lama kehilangan jejaknya.
Kabar terakhir, ayah angkatnya itu menemui Sangaji yang saat ini sudah memusatkan perlawanan di Tanah Sunda. Sangaji dibantu tokoh-tokoh aliran putih Tanah Jawa. “Hmm, sebaiknya aku lanjutkan perjalanan. Tak sabar aku bertemu Surak…”