MEDIASERUNI – Sarmina, perempuan berjuluk Pendekar Pedang Daun Tebu ini seperti berpikir mendengar kehadiran Haji Usman di Tanah Batak. Dihadapannya, Misem terlihat tenang.

Sementara Surak, manusia bergelar Si Pembuka Hutan Laras sedang berada di perkebunan. Memang, sejak hutan tempat bermukimnya bangsa jin suku bunian dibuka, kompeni belanda semakin getol mendatangkan kuli-kuli kontrak.

Kebanyakan didatangkan dari Jawa dan timur Indonesia. Ada juga yang memang warga asli tanah batak dan melayu. Mereka diupah dan ditempatkan di bedeng-bedeng di pinggir hutan.

“Hmm, muncul juga manusia itu. Apakah dia sudah tahu benteng Sisingamangaraja di Samosir sudah luluh lantak,” Sarmina melirik pimpinan Laskar Srikandi.

Misem alias Tjinten menghela napas. “Sepertinya sudah, dan bisa jadi karena itu Bang Haji kembali ke Tanah Batak,” ucap Misem dan balas melirik.

Keduanya tahu, saat bombardir kompeni di Pulau Samosir Haji Usman berada di Tanah Jawa menemui Sangaji, pimpinan pejuang Tanah Jawa. Entah membicarakan apa dengan Sangaji.

Baca Juga:  Curhat Seorang Perawat, Dari Foto Selfie Sampai Influencer Kecantikan

Namun, sejak pertemuan itu banyak tokoh-tokoh silat Tanah Minang dan Aceh bermunculan di Tanah Batak. Haji Usman sendiri menyadari hal itu. Namun dia pun tidak mengetahui bakal ada peristiwa apa di Tanah Batak.

Akan halnya dengan pasangan pendekar Surak dah Sarmina, Haji Usman pun menaruh hormat yang dalam, terlebih terhadap Surak. Haji Usman sadar Surak itulah pewaris ajian Harimau Siliwangi.

Haji Usman tahu, cuma pewaris ajian itu yang sanggup memanggil Harimau Siliwangi. Sehingga, bukanlah suatu hal kebetulan jika Surak pun dapat membuka hutan bunian, setelah mengalahkan kepala sukunya Datuk Mata Satu, yang berujud harimau bermata satu.

Surak sendiri sesungguhnya santri dari Tasikmalaya yang bermukim di Cililin, Bandung. Kiai Merapi sempat tersenyum lebar ketika menyinggung nama Surak. Namun sang kiai tak banyak bicara kecuali meminta Haji Usman dan Sangaji ketika itu untuk selalu menjaga dan melindungi Surak.

Baca Juga:  HAJI USMAN (19)

“Jadi, bagaimana Yu, apa yang mesti kami lakukan,” suara Misem. Sarmina cuma tertawa kecil. “Nampaknya akan terjadi peristiwa besar di Tanah Batak. Sebaiknya dibicarakan dengan Haji Usman.”

Mendengar itu, Misem pun sadar. Betapapun dia tak ingin penyamaran Sarmina dan Surak terbongkar. Kompeni belanda bakal marah besar. “Baiklah, dan sebaiknya aku cepat-cepat meninggalkan tempat ini.”

Sarmina hanya mengangguk. “Sampaikan ke kawan kawan Srikandi agar bertindak lebih berhati-hati. Saat ini kompeni sudah melepas telik-telik sandinya ke Tanah Batak.”

Selesai berucap Sarmina masuk ke dalam rumah. Sedang Misem sudah berkelebat masuk ke dalam hutan di belakang rumah besar kediaman pasangan pendekar itu. (bersambung)