Gubernur Jenderal Belanda yang memerintah ketika itupun sangat pintar. Ia menarik simpati rakyat dengan membuka kebun-kebun baru, lalu mengupah tenaga tenaga pribumi. Tidak heran kalau kemudian rakyat mërasa senang. Apalagi janji kompeni untuk mengangkat mandor-mandor dari kalangan pribumi.
Perkebunan-perkebunan yang dibuka pun disebut perkebunan milik orang-orang pribumi, dan orang-orang pribumi juga yang merasakan keuntungan dari perkebunan perkebunan itu. Luar biasa memang. Ucapan-ucapan kompeni pada waktu itu telah menarik simpati masyarakat pribumi.
Padahal perkebunan itu milik kompeni. Mereka mengajak orang pribumi seakan-akan ikut memiliki. Padahal penduduk diupah, dan tentu saja dengan upah yang tidak sepadan. Dan kompeni yang untung besar. Hasil kebun yang dipetik penduduk pribumi mereka angkut ke pelabuhan Belawan. Lalu dibawa ke negerinya dengan kapal-kapal besar.
Fakta-fakta itu yang disampaikan Haji Usman mengenai kelicikan kompeni belanda, yang membuat sekalian mata melotot. Para Kalifah di majelis itu yang selama ini menilai kompeni baik. Kompeni menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk pribumi. Kompeni memberi harapan kehidupan lebih baik bagi penduduk Deli Serdang.