Mediaseruni.co.id – PERSETERUAN Permaisuri dan Selir Brawijaya V bukan hanya menjadi cela terjadinya perang saudara diantara anak-anak keturunan Wijaya. Tetapi juga ikut menyeret kadipaten – kadipaten baru di wilayah pesisir dan tengahan terlibat didalamnya.
Jipangpanolan yang baru saja tumbuh menjadi kadipaten kecil mau tak mau mendapat dukungan dari orang-orang Lasem. Orang-orang Lasem datang berbondong – bondong membawa bekal yang cukup. Putra Ki Ageng Ngudung Jakfar Sodiq yang memimpin rombongan hanya membawa beberapa santri utama.
Mereka akan melintasi Juwana sebelum menempuh rute Kendeng Utara. Dari akan mengambil lurus maka akan sampai di Rawa Juwana. Namun mendadak terdengar sebuah teriakan. “Tunggu…! Ki sanak, tunggu kami…”
Seorang berusia setengah baya teriak-teriak memanggil sambil berlari. “Raden, tunggu…”
Jakfar Sodiq hentikan rombongan, lalu memandang berkerut. “Bapak tua, mengapa berteriak-teriak memanggil, dan orang-orang di belakang bapak, mereka siapa.”
“Aduh, maaf raden, kami orang-orang Dusun Blora Baru di sebelah utara Dusun Blora, dan mereka teman-teman saya.”