Siti Hinggil yang berarti tanah yang tinggi disebut juga lemah duwur dalam bahasa Cirebon. Siti Hinggil terbuat dari susunan bata merah dan memiliki gaya arsitektur Majapahit yang mengikuti perkembangan zaman pada saat itu.
Di dalam kompleks Siti Hinggil terdapat lima bangunan tanpa dinding, dengan bangunan utama bernama Malang Semirang.
Bangunan ini memiliki enam tiang yang melambangkan rukun iman. Namun secara keseluruhan, bangunan ini memiliki tiang berjumlah dua puluh yang melambangkan sifat-sifat Allah.
Selain bangunan Siti Hinggil, keunikan lain dari keraton kasepuhan adalah satu tradisi yang cukup terkenal dari Keraton Kasepuhan adalah Tradisi Mauludan.
Tradisi ini diadakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal untuk memperingati kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Dalam Tradisi Mauludan, terdapat ritual Upacara Panjang Jimat.
Upacara ini melibatkan urutan prosesi peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang disimbolkan dengan benda-benda tertentu yang kaya akan makna.
Tujuan utamanya adalah agar umat Islam selalu meneladani Nabi Muhammad SAW. Ritual ini menjadi bagian dari kewajiban dan upaya melembagakan budaya bangsa, agar tetap lestari.