Mediaseruni.co.id – Tanjung Kali Mati jadi saksi kehadiran Laskar Mataram ditengah para Kesatria Darah Jingga. Mahisa Kicak pun tak dapat lagi menahan gusar.
Seiring bentakannya, dua kaki menggebrak keras. Dan… “Serbuuuuu! Jadikan mereka tumbal laut selatan!”
Sungguh terlalu. Laut selatan semula tenang sontak bergemuruh. Barangkali ratu disana tersinggung. Dan, barangkali juga sang ratu bergusar. Inilah fitnah!
“Jebeng Mahisa Kicak! Mulutmu lancang! Suaramu ditunggangi iblis dan setan. Dalam tubuhmu bersemayam raja Ifrit! Tak pernah aku meminta tumbal! Tapi untukmu biarlah…” Ombak laut selatan semakin bergemuruh.
Sejenak terdengar suara gemuruh hempasan ombak menghantam karang. “Jebeng Mahisa Kicak! Pentang telingamu! Kalau kelak engkau mati di laut, biarlah tubuhmu jadi santapan rakyatku. Manusia-manusia sepertimu selalu arahkan telunjuk fitnah padaku!”
Barangkali saja begitu. Dan, barangkali juga benar. Tetapi Allah Yang Maha Tahu, tak sesuatupun baik di langit maupun di bumi luput dari pengawasNya. Dialah Sang Maha Menguasai.
