Sebetulnya, Tengku Layang dan Tengku Aba ini dua manusia bergelar Datuk Hitam di Tanah Minang. Namun, semenjak bermukim di Aceh mereka menyebut diri Tengku. Namun, laskar-laskar Minang keburu mencap mereka pengkinat negeri.
Saat itu, keduanya secara berbarengan melancarkan serangan cepat. Cakar hitam dan Tapak Hitam laksana bayang-bayang menyambar-nyambar ganas. Mahis masih dapat mengimbangi dengan kelebatan – kelebatan walet dibarengi kilatan-kilatan Parang Setan.
Tetapi dalam satu gerakan Mahisa dibuat tercekat. Selesai dia mematahkan tamparan Tapak Hitam, tahu-tahu saja, cakar hitam Tengku Layang menyambar ganas. Mahisa memang dapat menghindar, namun dalam sekejap didepan, Tapak Setan Tengku Aba telak menghantam bagian dada Mahisa. “Bukk!”
Mahisa terjajar kebelakang. Pada kejap bersamaan, Tengku Layang persis dua langkah di samping Mahisa langsung memburu. Cakar Setan menyambar ganas. Hanya sekejap cakar itu menyambar leher Mahisa, terlihat kelebatan kelabu dan langsung memapak Cakar Setan.