MEDIASERUNI – Meski dimaknai berbeda, dibeberapa daerah ritual adat makan sirih dimaknai sebagai Simbol Persetubuhan atau Pernikahan.

Dimana perpaduan sirih dan pinang dalam tradisi makan sirih telah lama dimaknai sebagai simbol persetubuhan atau pernikahan.

Buah pinang merepresentasikan unsur ‘panas’ sementara daun sirih merepresentasikan unsur ‘dingin’. Tradisi ini menggambarkan harmoni dan keselarasan dalam hubungan antara suami dan istri.

Memang, makan sirih merupakan tradisi yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Disebagian daerah tradisi ini menjadi menjadi bagian ritual adat yang sampai sekarang tetap dipertahankan.

Beberapa daerah yang kental ritual adat makan sirih, diantaranya masyarakat Batak, Aceh dan Nusatenggara Timur, meski pemaknaannya pun berbeda.

Baca Juga:  HUT Satpol PP dan Satlinmas, Bupati: Satpol PP dan Satlinmas Garda Terdepan Pemerintah Daerah

Tiga bahan utama makan sirih atau nyirih yakni pinang, daun sirih dan kapur (juga dikenal sebagai injet). Ketiga unsur utama nyirih ini dikemas dalam balutan daun sirih yang kemudian dikunyah.

Relief di Candi Borobudur dan Candi Sojiwan menunjukkan orang yang mengunyah sirih, menggambarkan keberadaan tradisi ini sejak zaman kuno.

Di Aceh, tradisi menyirih dikenal sebagai ranub. Ranub digunakan dalam berbagai upacara, termasuk prosesi pra dan pasca melahirkan, peminangan, pernikahan, hajatan, sunatan, dan penguburan mayat. Ranub juga menjadi media dalam upacara mengantar anak mengaji.

Baca Juga:  Kadinkes Jabar Ingatkan Masyarakat Waspadai Penyakit Pasca Lebaran

Sementara di Nusa Tenggara Timur, Suku Atoni Pah Meto di Timor Barat memiliki tradisi kuat dalam mengunyah sirih pinang, yang disebut ‘mamat’.

Bagi mereka, mengunyah sirih pinang dilakukan sebagaimana minum kopi, merokok, minum teh, atau makan. Tradisi ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Tradisi makan sirih juga memiliki manfaat kesehatan, terutama untuk kesehatan mulut dan gigi. Kapur sirih yang digunakan dalam nyirih memiliki efek antiseptik dan membantu menjaga kebersihan mulut.

Meskipun banyak masyarakat sudah meninggalkan tradisi ini, beberapa alat menyirih masih dipajang sebagai perlengkapan pernikahan. (Mds/*)