MEDIASERUNI.ID – Ramadan tidak hanya identik dengan ibadah puasa dan ibadah lainnya, tetapi juga berbagai tradisi unik yang berkembang di masyarakat. Salah satunya adalah permainan meriam bambu, yang menjadi hiburan khas di berbagai daerah, terutama di pedesaan.
Tradisi ini bukan sekadar permainan, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang menarik untuk ditelusuri. Meriam bambu adalah alat sederhana yang dibuat dari batang bambu besar yang bagian dalamnya dilubangi.
Biasanya, bagian pangkalnya ditutup rapat, sementara salah satu sisi dilubangi kecil sebagai tempat memasukkan bahan bakar seperti karbit atau minyak tanah.
Ketika dinyalakan, gas dari bahan bakar tersebut meledak dan menghasilkan suara dentuman keras, menyerupai suara meriam sungguhan.
Asal Usul Meriam Bambu
Tradisi bermain meriam bambu di bulan Ramadan sudah ada sejak lama, meskipun asal-usul pastinya tidak selalu terdokumentasi dengan baik.
Namun, ada beberapa teori mengenai bagaimana permainan ini berkembang menjadi bagian dari budaya Ramadan: Sebagian sejarawan menduga bahwa permainan meriam bambu berakar dari masa kolonial.
Pada zaman penjajahan, rakyat sering menyaksikan bagaimana tentara Belanda menggunakan meriam untuk peperangan. Dari situlah muncul ide untuk membuat tiruan meriam dari bahan yang mudah ditemukan, yaitu bambu.
Penanda Waktu Berbuka dan Sahur
Di beberapa daerah, suara meriam bambu berfungsi sebagai penanda waktu berbuka puasa dan sahur, mirip dengan bedug yang digunakan di masjid.
Sebelum teknologi berkembang dan suara azan dari pengeras suara menjadi lazim, masyarakat mengandalkan bunyi meriam bambu untuk mengingatkan waktu beribadah.
Banyak masyarakat menganggap meriam bambu sebagai bagian dari kegembiraan Ramadan, seperti halnya takbir keliling atau permainan petasan.
Tradisi ini melibatkan anak-anak hingga remaja, yang saling berlomba menciptakan suara ledakan paling keras sebagai bentuk euforia menyambut hari raya.
Tradisi Meriam Bambu
Meriam bambu dikenal luas di berbagai daerah di Indonesia dengan nama dan modifikasi yang berbeda. Beberapa daerah yang masih mempertahankan tradisi ini.
- Sumatra Barat – Dikenal sebagai meriam karbit, permainan ini sering dijadikan perlombaan di beberapa daerah.
- Kalimantan Barat – Tradisi meriam bambu berkembang lebih besar dengan versi yang menggunakan drum besar sebagai resonator suara.
- Jawa Barat & Jawa Tengah – Permainan ini lebih sering dilakukan oleh anak-anak dan remaja dengan bambu berukuran sedang.
- Sulawesi & Maluku – Tradisi ini masih dipertahankan sebagai bagian dari budaya Ramadan, meskipun kini sudah mulai tergeser oleh kembang api modern.
(*)