MEDIASERUNI.ID – Bagi seorang ayah, anak adalah tantangan atau lawan terberat yang harus dikalahkan. Alhamdulillah, berkat filosopi perguruan karate Bandung Karate Club (BKC) yang dipelajari, pria ini berhasil mengalahkan tantangannya.

Memang, mempunyai anak atau murid yang memiliki tanggung jawab, minimal terhadap dirinya sendiri, tentu jadi harapan sekaligus tantangan dan musuh terberat bagi semua orang tua.

Demikian pun, Imron Mashadi, lelaki penyandang sabuk Dan III di perguruan beladiri Bandung Karate Club (BKC) juga harus menghadapi tantangan tersebut.

IMG 20241223 WA0002

Namun Imron merasa bersyukur, tantangan tersebut berhasil dikalahkan, bahkan sampai ke murid-muridnya, pun memiliki rasa tanggung jawab, walau awalnya harus melalui perjuangan yang berat.

“Saya bersyukur, anak didik saya, Alif sudah memiliki tanggung jawab, meski awalnya harus berjuang untuk menanamkan itu pada dirinya,” ucap Imron, yang bergabung di BKC sejak semasa sekolah di SMA 1 Sunan Kalijogo, Semarang tahun 1996.

Di perguruan dibawah bendera YTC Pangadeg Pangadeg Paguron BKC yang didirikan Kang Iwa Rahadian Arsanata ini, Imron pertama kali belajar tentang kedisiplinan.

Bagaimana membentuk pribadi yang berani, kuat, mandiri, berkarakter, dan berprestasi, sejalan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ‘Sasanti’ Pribadi Budi Ciri Mandiri.

“Alhamdulillah, yang tadinya sering membantah jadi patuh, tadinya malu-malu ketemu orang jadi berani, tadinya bangun siang sekarang disiplin bangun pagi karena latihan pagi, tadinya tidak bisa merapikan baju sekarang bisa,” ucap Imron.

Bahkan hal terberat bagi seorang anak untuk membuang sampah pada tempatnya ternyata juga bisa dilakukan oleh Alif. “Alif terakhir ikut kejuaraan Kemenpora Senkaido juara I medali Emas,” ucap Imron.

Imron pun menegaskan, orang tua akan bangga setelah melihat perubahan pada anaknya menjadi lebih disiplin, mandiri, berani, dan bertanggung jawab dalam setiap kehidupan sehari-hari.

Metode Pembelajaran di BKC
Metode pembelajaran di Perguruan Kareta Bandung Karate Club dikelompokan dalam tiga tahapan, yakni Beladiri, Prestasi dan Keilmuan.

Baca Juga:  Meriam Bambu Tradisi Unik Ramadan yang Menggelegar di Perkampungan

Kalau di perguruan hanya beladiri dan prestasi tetapi nanti anak-anak BKC kalau sudah usia 17 tahun keatas bisa mempelajari keilmuan.

“Untuk belajar beladiri pasti memerlukan fisik yang kuat, maka para anggota bisa berlatih didojo minimal 2 kali seminggu dan berlatih di rumah masing-masing setiap hari,” ucap lelaki yang mengaku sempat vakum di BKC selama 18 tahun, karena harus mengejar perekonomiannya.

Menurut penyandang sabung Dan III ini, melatih fisik hal terpenting dalam membentuk pribadi mandiri, berani dan kuat.
Berani berarti memiliki keberanian dalam menghadapi tantangan hidup.

Kuat mencerminkan ketahanan fisik dan mental yang kokoh, sedangkan mandiri menekankan kemampuan untuk berdiri di atas kaki sendiri, tanpa bergantung pada orang lain.

“Berkarakter menanamkan integritas, moralitas, dan kepribadian yang baik, sementara berprestasi menjadi wujud nyata dari usaha dan dedikasi dalam meraih kesuksesan,” ucap Imron.

Untuk mengukur kemampuan dalam berlatih, BKC mendorong anak-anak berprestasi dengan mengikuti kejuaran, baik di internal maupun di eksternal.

Kejuaraan internal seperti kejuaraan antar Dojo, Wilayah dan Provinsi, selain Gashuku Cup yang diadakan setiap ada even gashuku.
Untuk kejurnas BKC direncanakan diadakan bulan Mei 2025.

Kejuaraan eksternal antara lain Kejuaraan Senkaido Piala Kemenpora, kejuaraan Yamaha, Kejuaraan JKOF dan kejuaraan Batara.

Vakum 18 Tahun
Petualangan Imron Mashadi menimba ilmu di BKC ternyata tidak mulus-mulus saja. Setelah resmi bergabung di BKC, selama tiga tahun diri tekun berlatih dan mengikuti ujian setiap enam bulan sekali.

Hasil dari dedikasi tersebut, pada saat lulus SMA, Imrin berhasil menyandang sabuk coklat, sebuah pencapaian yang sangat berarti bagi dirinya.

Namun, di tahun itu juga rintangan dan tantangan pun menghadang. Termasuk tuntutan ekonomi, disaat akan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dan kebutuhan ekonomi.

Baca Juga:  Dibakar Api Cemburu Pria Bacok Mantan Istri dan Suami Barunya

“Setelah lulus sekolah pada tahun 1999, kehidupan membawa saya ke arah lain. Keterbatasan ekonomi membuat saya harus memprioritaskan bekerja, karena impian untuk melanjutkan kuliah terasa berat,” ucap Imron.

Situasi pun semakin menantang karena pada saat itu dirinya menjadi yatim piatu. “Berbagai tantangan ini akhitnya mrmbuat saya harus vakum dari dunia karate selama kurang lebih 18 tahun,” ucap Imron.

Namun, jiwa karate yang sempat terpendam akhirnya tergerak untuk aktif kembali. Langkah pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Alif di dojo Cilangkap.

Alif merupakan muridnya yang diserahkan orang tuanya untuk dididik Imron. “Tahun 2017 saya pun resmi bergabung kembali di dojo Cilangkap,” papar Imron.

Perjalanan baru Imron di BKC dimulai dengan mengikuti Ujian Masa Bhina (UMB) yang diadakan pada Gashuku Nasional di Bandung, Desember 2017. Selanjutnya, setahun kemudian, pada Desember 2018, dirinya berhasil mengikuti Ujian Sabuk Hitam (USH) di acara yang sama.

Momen tersebut menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam hidupnya sekaligus menumbuhkan motivasi baru untuk berbagi ilmu karate kepada generasi berikutnya.

“Sebagai seorang karateka BKC, saya terinspirasi oleh metode pembelajaran BKC yang unik, yaitu menggabungkan tiga aspek utama: beladiri, prestasi, dan keilmuan,” pungkas Imron.

Tidak seperti perguruan karate pada umumnya yang hanya fokus pada beladiri dan prestasi, BKC memberikan kesempatan kepada para anggotanya yang telah berusia 17 tahun ke atas untuk mendalami aspek keilmuan.

Dengan semangat ini, Imron berharap dapat terus memberikan kontribusi positif bagi BKC dan membimbing anak-anak muda untuk berkembang, tidak hanya sebagai atlet tetapi juga sebagai individu yang berilmu dan berkarakter.

“Perjalanan saya bersama BKC adalah bukti bahwa semangat yang pernah terpendam dapat menyala kembali, memberi energi baru untuk terus melangkah dan berbagi manfaat bagi sesama,” ucap Imron. (Ai Mulyani)